Ketika nabi Ayub as ditimpa penyakit beliau tidak segera minta sembuh, beliau mencoba menikmati sakitnya dengan penuh ridha dan kesabaran, karena ridha dan sabar pahalanya sangat besar. Beliau orang shaleh dan tidak berkurang keshalehannya ketika sakit datang menerpanya. Istrinya tetap setia mendampinginya walaupun sampai terusir dari kampungnya lantaran masyarakat takut tertular penyakitnya.
Kondisi ini tentu menambah kedukaan jiwa bagi manusia pada umumnya, fisik sudah sakit ditambah lagi dengan perlakuan kaumnya, sungguh suatu kondisi yang banyak manusia tidak sanggup memikulnya. Iman dan yakin kepada Allah itulah kekuatan besar untuk tetap tenang. Allah maha Penyayang disaat manusia pada benci, Allah Maha melindungi disaat manusia berlaku zalim kepada sesamanya. Sikap istiqomah dalam ketaatan inilah yang memperkuat jiwa dan meneguhkan hati.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.41:30-32)
Ketika sakitnya bertambah parah ditambah kondisi yang yang sangat papa, istrinyapun hampir-hampir tak sanggup merawatnya sampai-sampai terpaksa memotong rambutnya untuk dijual ditukar dengan makanan, nabi Ayub pun keberatan sekaligus kasihan kepada Istrinya dan bermaksud menghukumnya jika sembuh nanti, akhirnya beliaupun berdoa : “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang Ya Allah “ (21:83).
Dalam doanya ini menunjukan kepasrahan, terserah kepada Allah yang sangat menyayangi hambanya, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hambanya. Kesembuhan atau kematian adalah hak Allah untuk menentukan. Rupanya Kesembuhanlah yang dipilih Allah untuk nabi Ayub, maka dengan izin Allah lenyaplah semua penyakit yang dideritanya selama ini. Puji syukur tak henti-hentinya diucapkan beliau atas kesembuhannya. Kesembuhannya menambah taqwanya kepada Allah. Dan karena orang bertaqwa adalah orang yang menepati janjinya, beliaupun melaksanakan janjinya yang pernah diucapkan untuk menghukum sitrinya karena perbuatan yang kurang disukainya yaitu memotong rambut dan menjualnya untuk keperluan makan. Diikatlah seratus batang lidi kemudian dipukulkan dengan penuh kasih sayang pada istrinya dengan sekali pukulan ringan sehingga lunaslah nadzarnya.
Pelajaran yang bisa diambil dari nabi Ayub adalah Sakit apapun jangan menjadi penghalang untuk tetap ibadah dan ridha serta ikhlas atas segala ketentuan Allah. Bermohonlah kepada Allah dengan penuh kelembutan dan yakinlah bahwa Allah pasti mendengar dan mengabulkan doa-doa hambanya asalkan tetap dalam iman dan ibadah.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.’ (2:186)
Lain lagi dengan cobaan yang diberikan kepada Nabi Sulaiman as. Beliau dicoba dengan ujian yang serba indah, yaitu memiliki kuasaan dan kekayaan yang melimpah, hidupnya serba mudah kebutuhannya tinggal memerintah. Tentarannya dari bengsa manusia dan jin, mengerti bahasa binatang. Angin bisa menjadi kendaraannya untuk keprluan kemanapun pergi dengan sangat cepat. Namun demikian kekuasaan dan kekayaannya tidak membuatnya terlena dan melupakan Allah bahkan justru dengan kekuasannya beliau jadikan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan jalan untuk mengajak manusia kembali kepada Allah. Rasa sykurnya diperlihatkan ketika beliau menyetop berhenti pasukanya untuk mempersilahkan semut-semut masuk sarangnya supaya tidak jadi korban terinjak pasukannya. Beliau dizinkan Allah untuk menegerti bahasa semut ketika semut berkata sebagaimana diceritakan Alqur’an :
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;
Maka dia tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS.27:18-19)
Dengan do’a ini nabi Sulaiman memohon kepada Allah agar senantiasa diberikan kekuatan untuk tetap bisa bersyukur dengan kondisi yang serba nikmat yang diebrikan Allah. Karena umumnya manusia suka lupa dan pura-pura lupa ketika diberikan sedikit kenikmatan Disamping doa ini nabi Sulaiman juga menyadari bahwa Kekusaan dan kekayaan serta kemudahan yang diberikannya merupakan cobaan dari Allah sehingga beliau mengatakan: hadza min fadli rabbi liyabluani aasykur am akfur, ini semua karunia Allah untuk mengujiku apakah aku bersykur apakah aku kufur (27:40).
Apa yang dialami Nabi Ayub dan Nabi Sulaiman adalah contoh jenis ujian yang Allah berikan kepada manusia untuk menggambarkan bahwa yang namanya ujian itu tidak melulu kesulitan atau musibah seperti sakit, terkana bencana atau kehilangan sesuatu, namun ujian juga bisa berbentuk kemudahan, kekuasaan dan kekayaan. Jadi dengan demikian manusia setiap saat dalam ujian dan cobaan yang tujuannya tidak lain agar terbukti siapa hamba Allah yang paling baik amalnya.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (67:2)
Dalam ayat lain Allah berfirman :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (21:35)
Kematian adalah kepastian karena manusia akan kembali kepada Allah. Sebelum kematian datang manusia pasti diuji dengan macam-macam ujian antara lain :
Ketakutan
Kelaparan
Kekurangan Harta, Jiwa dan Buah-buahan.
Ketakutan. Rasa takut merupakan ujian yang mengiringi perkembangan jiwa manusia dan hal tersebut wajar dan manusiawi. Ketika masih kecil anak-anak punya rasa takut, takut suara keras, takut sekolah, takut bertemu banyak orang. Mulai remaja dihingapi rasa taku, takut tidak tidak memiliki teman atau takut ditinggalkan sahabat dan lain-lain. Menginjak dewasa muncul rasa takut, takut tidak memiliki pasangan, tidak memiliki kerjaan. Ketika sudah beruamah tangga takut menghantuinya takuit tidak punya anak takut tidak mampu mendidik anak dan seterusnya. Akhirnya yang terakhir adalah takut mati. Jadi rasa takut ini ujian
Kelaparan. Sebagian orang diuji dengan kelaparan akibat ketidak mampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya atau akibat bencana yang menimpa. Orang yang kondisinya lapar bisa timbul sikap nekad dan akibatnya bisa berbahaya.
Kekurangan Harta. Kebakaran, kecurian, dan kehilangan merupakan ujian. Termasuk kematian bagi keluarga merupakan ujian kekurangan jiwa. Sedangkan kekuranga buah-buahan bisa seperti gagal panen, kekurangan nutrisi dan lain sebagainya.
Namun demikian Allah memberikan kabar gembira bagi yang menghadapi ujain tersebut dengan sabar, yaitu berpikiran positif terhadap Allah atas apa yang menimpa sehingga tidak mudah lemah karena banyaknya musibah, tidak lesuh dan tidak menyerah dengan keadaan.
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (3:146)
Kabar gembiranya adalah Allah akan segera meberikan kesejahteraan, rahmat, dan petunjuk bagi yang menghadapinya dengan sabar.